bimawin.net – Ketika paruh pertama MotoGP 2022 nyaris berakhir, Fabio Quartararo percaya Johann Zarco adalah tidak benar satu rival didalam perburuan gelar. Rider Pramac Racing itu berkelanjutan dan kini tempati P3 klasemen.
Meski gagal merampungkan Grand Prix Belanda, balapan paling akhir sebelum libur musim panas, akhir pekan selanjutnya dengan hasil positif, Johann Zarco dapat seutuhnya senang dengan posisi ketiga didalam kejuaraan.
Pembalap asal Prancis itu finis ke-13 didalam race di TT Circuit Assen. Itu adalah raihan terburuknya musim ini tak hanya retire di Argentina dan Spanyol. Selebihnya, Zarco sudah menggapai masing-masing empat podium serta finis di zona 10 besar.
Dibandingkan dengan beberapa satu} kandidat yang memiliki masalah dengan konsistensi, ia sudah berhasil melesat naik, tanpa disadari banyak orang, ke peringkat ketiga. Zarco kini menjadi tidak benar satu rival Fabio Quartararo didalam perburuan gelar, dengan Aleix Espargaro, Francesco Bagnaia dan Enea Bastianini.
Kelima nama di atas merupakan pembalap yang sudah berhasil membukukan lebih berasal dari 100 poin sepanjang 11 Grand Prix yang sudah bergulir tahun ini. Perbedaan Zarco berasal dari empat pesaingnya adalah bahwa eks rider KTM itu belum menang.
Walaupun begitu, ketekunan membuatnya dapat mengungguli duo Italia: Bagnaia dan Bastianini, yang sama-sama sudah menggapai tiga kemenangan. Mereka berada delapan serta sembilan poin di belakang Zarco.
Johann Zarco sendiri tertinggal 37 angka berasal dari Espargaro dan 58 poin berasal dari Quartararo. Posisinya saat ini perlahan memicu orang-orang menjadi menganggapnya serius, tidak kecuali sang pemuncak, El Diablo.
“Pastinya kini aku lebih perhitungkan Johann (Zarco) didalam kejuaraan. Jika Anda memandang lima atau enam balapan terakhir, Johann selamanya berada di depan untuk memperebutkan podium. Bagi aku dia adalah yang paling berkelanjutan di Ducati kala ini,” tutur Quartararo soal kompatriotnya.
Kendati diakui sebagai tidak benar satu rival didalam perburuan gelar oleh bintang Yamaha tersebut, Zarco tak jemawa dan menjadi dirinya masih selangkah di bawah Pecco Bagnaia, yang diakuinya sebagai rider terkuat Ducati, lepas berasal dari kesalahan yang sering dikerjakan didalam perlombaan.
“Saya ditanya apa yang aku jalankan lebih baik berasal dari yang lain untuk dapat tempati posisi ketiga. Saya konsisten, namun yang terbaik mengendarai Ducati adalah Pecco. Hanya dia yang dapat beroleh 100 persen berasal dari motor dan dia cukup sensitif untuk merasakan semua itu,” ujar Zarco.
Faktanya, pembalap pemilik no #5 itu kini didalam posisi memperebutkan gelar untuk ke-2 kalinya secara berturut-turut, suatu hal yang belum dulu dialami Johann Zarco sejak tiba di MotoGP pada 2017.
Tahun selanjutnya ia bahkan sempat memimpin klasemen setelah dua balapan awal dan memasuki jeda musim panas di peringkat kedua. Paruh ke-2 musim yang lebih rumit membuatnya selanjutnya harus senang finis P5.
Situasi Zarco sudah terbalik kali ini, dengan hasil yang relatih lebih mengecewakan di tahap awal, namun hasilnya nyaris serupa memasuki liburan musim panas. Hal ini pun dapat perhatian berasal dari Fabio Quartararo.
“Saya tidak berpikir kami berdua memulai musim seperti yang kami jalankan pada 2021, namun lantas kala kami sampai di Eropa, kami berdua membalikkan situasi. Saya pikri kami berbagi banyak podium,” tutur El Diablo.
Milestone yang paling ditunggu Johann Zarco jelas adalah kemenangan MotoGP pertamanya. Meskipun belum dapat merengkuhnya, ketekunan rider 31 tahun tersebut cukup memicu para rival khawatir.
“Hati-hati dengan Zarco. Jika dia terlalu dapat berkelanjutan di tiap-tiap balapan dan tidak jalankan kesalahan, dia terhitung dapat menjadi ancaman benar-benar untuk perburuan gelar,” komentar Joan Mir, juara dunia MotoGP 2020, yang menggapai gelar lewat konsistensinya meski hanya satu kali menang.