Bimawin.net – Riot Games berencana menerapkan proses lebih untuk mendeteksi “perilaku beracun” atawa “toxic” di game Valorant. Sebenarnya proses ini udah tersedia didalam wujud pelaporan (reporting). Namun, fitur itu pasti lebih bersifat sesudah perihal atau terdapatnya laporan berasal dari player terhadap player lain.
Pada April 2021, Riot Games memperbarui beberapa syarat layanannya agar mereka dapat “merekam dan mengevaluasi” suara-suara didalam game, diawali bersama dengan FPS tactical yang kompetitif., Valorant. Dalam iterasi itu, tim developer cuma bakal meninjau rekaman ketika sebuah insiden dilaporkan. Sekarang, pengagum lihat versi yang lebih diperbarui, yang barangkali bakal jauh lebih advance bukan saja untuk melacak dan mengidentifikasi, tapi pasti menangkal segala wujud toksisitas.
Langkah bersama dengan tujuan pencegahan ini pasti demi tujuan baik, memelihara kenyamanan dan terlebih kesenangan tiap tiap pemain di didalam game. Namun, terlihat satu isu yang menjadi polemik menyangkut ‘privasi”.
Yeap, kalau semua obrolan didalam game di Valorant direkam, bukankah para pemain kehilangan ‘privasi’ mereka? Cukup tricky sebab pasti tersedia pemain yang sama sekali tidak berperilaku atau bicara toxic, tapi pembicaraannya didalam game- yang dapat melebar ke hal-hal lain- termasuk perlu ikut terekam. Untuk perihal ini Riot sebetulnya laksanakan pendekatan secara hati-hati untuk meraih persetujuan di Terms of Services game Valorant.
Riot udah mengemukakan update tentang proses ini yang diposting di situs PlayValorant. Dalam postingan singkat bahwa monitoring Valorant Voice Chat bakal diuji coba terhadap tanggal 13 Juli di region Amerika Utara, di mana proses bakal merekan obrolan suara didalam bahasa Inggris. Hal ini mengundang kekuatiran berasal dari para pemain yang percaya bahwa tindakan ini melanggar privasi dan dapat memicu lebih dari satu larangan yang tidak adil berasal dari permainan.
Merespons kekuatiran ini, Riot memperlihatkan bahwa apalagi kalau seorang pemain ditemukan mengganggu, itu tidak bakal secara otomatis melarang mereka. Ada “sistem di tempat” untuk mengoreksi hasil positif atau negatif palsu yang berjalan berasal dari proses deteksi.
Riot Games memperlihatkan bahwa alat ini ini bakal disertakan didalam peluncuran versi beta tahun ini. Teknologi ini bakal menggunakan rekaman obrolan pemain untuk memilih pengguna mana yang berperilaku melanggar atau wujud toxic. Pada dasarnya, alat ini mengupayakan mendeteksi pemain yang condong atau memperlihatkan gelagat mengganggu.
Riot makin lama memastikan sikapnya terhadap tabiat toxic, suatu hal yang di idamkan banyak pemain dan pengagum Valorant selama lebih dari satu waktu. Sebelum mengubah fitur voice chat, Riot termasuk menghapus manfaat all-chat di League of Legends untuk menahan pemain berasal dari tim lain menjadi beracun satu sama lain.
Meskipun game kompetitif menawarkan pengalaman menarik dan membuka jalur untuk berkarir di kancah eSports, tiap tiap pemain nyaris pasti tetap hadapi tantangan kala meniti di ranked game. Seringkali persoalan terlihat berasal dari obrolan biasa didalam berinteraksi satu sama lain hingga berkembang menjadi melecehkan dan mengganggu pemain lain secara verbal. Beberapa title game udah coba untuk memperbaikinya. Back 4 Blood misanya, udah lebih pernah merekam obrilan para pemain di didalam game. Kini, Riot Games tampaknya bakal mengikuti untuk game Valorant.
Well, menarik dinanti, bagaimana impact berasal dari proses ini. Seberapa cepat hasil monitoring dan keputusan tim untuk memilih player mana yang toxic. Lalu, bagaimana termasuk pengaruhnya terhadapa obrolan di didalam game. Menariknya lagi, bahasa adalah semiotik, kadang bilangnya begini, maksudnya begitu. Terlebih kalau untuk lebih dari satu versi bahasa berbeda.
Riot bakal mengujicoba proses merekam para pemain berbahasa Inggris, pasti bakal beda kembali kalau proses ini diterapkan di server Indonesia bersama dengan Bahasa Indonesia. Kalau lihat panjangnya atu apa yang dituhukan, sebut saja proses lokalisasi database, sepertinya proses ini tetap membutuhkan beberap kala untuk diterapkan di Valorant Indonesia. Eits. ini bukan berita gembira bikin kalian yang puas toxic di in-game ya. Justru malah musibah bikin para korban kekurangdewasaan dan kekuatan kalian mengontrol otak depan agar meluncurkan kata-kata beracun.